“ Aku sudah pernah
merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap pada
manusia”. (Ali Bin Abi Thalib)
Kalimat
diatas merupakan kutipan yang cukup terkenal dikalangan anak muda. Namun,
kalimat diatas mengingatkan sekaligus mengajarkan pada kita bahwasannya
janganlah bersandar pada manusia. Janganlah terlalu mengandalkan segalanya pada
manusia. Janganlah beraharap bahwa manusia yang paling mengerti diri mu saat
ini. Karena suatu saat nanti semua itu akan berakhir dengan perihnya sebuah
kekecawaan. Mungkin saja bukan mereka yang salah, bukan mereka yang memberikan
janji atau pun kesanggupan akan mengerti dan ada setiap saat hati mulai butuh
mentari. Hanya saja mungkin diri sendiri yang terlalu berharap padanya yang
memiliki kekurangan, yang sukar menjadi perasa, atau pun sulit diandalkan. atau
mungkin diri sendiri yang terlalu berharap bahwasannya pohon akan tumbuh subur
tanpa matahari, tanpa diberi tahu mereka akan mengerti.
Kenyataannya
yang mengerti hati ini adalah diri sendiri dan Sang Pemilik Hati yang hakiki.
Sungguh seluruh beban menjadi ringan bak kapas yang terbang ditiup angin,
pabila kita menyerahkan segalanya dan seutuhnya pada Sang Maha Segalanya.
Sungguh Maha Besar Allah menciptakan bulir-bulir air jernih yang keluar dari
pelupuk mata, yang meringankan gundah dan resah yang bersemayam teduh dihati.
Dalam pencarianku yang entah mencari sesuatu yang tak ku ketahui di padang
tandus nan menggerus relung hati yang tak bernama, ku temukan Allah yang lebih
mengerti dibandingkan dengan sahabat atau keluarga ataupun yang mengaku
keluargaku. Dahulu mereka yang berkata dan berjanji akan selalu ada saat mentari
mulai mengkhianati dan saat bulan mulai menampakkan kegundahan. Namun,
kenyataannya hanya berteman sepi; meringkuk memeluk kaki dan tertunduk
menghitung butir-butir air asin yang mengalir deras dari mata di temani bisikan
angin yang mengejek. Gesekan sendal diujung jalan seperti sedang
membicarakanku, kemana orang-orang yang selalu kau banggakan? Orang-orang yang
selalu kau dahulukan? Orang-orang yang katamu selalu memberikan kenyamanan?
Ataukah hanya dirimu sendiri yang
merasakan hal itu? Mereka yang tulus akan ada disaat-saat terpuruk mu, jika
disaat terpurukmu mereka tak hadir; maka simpulkanlah sendiri. Akankah kau akan
tetap bertahan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar