Ternyata sudah
2 tahun engkau pergi. Tak adakah rasa ingin kembali ? tak adakah rindu yang
seperti dulu? Tak adakah lagi mata yang meneduhkan? Tak adakah celoteh
kekhawatiran yang teruntai dari bibir mu? Tak adakah lagi nada yang
meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja? Tak adakah lagi jemari yang
menahanku erat? Tak ada lagi genggaman yang menahanku agar tak pergi? Tak ada
lagi kalimat yang menggodaku? Tak adakah lagi kenangan yang kau simpan?
Ternyata sudah
2 tahun.. sedang aku masih tertidur dan enggan terbangun dari mimpi buruk ini.
Sedikit bodoh bahwa aku masih percaya , kau sedang menungguku pulang dengan
seribu harap. Masih duduk memegang janji yang kauucapkan semanis gulali yang
kau berikan padaku. Gulali dan lollipop
? semanis itu kenangan yang kau beri. Tapi mengapa jika terlintas gulali dan
lollipop saat ini, sudah tak semanis dulu? Justru hujan yang menyebabkan air
meluap dari kedua bola mata yang dulu kau bilang indah tak tertahankan.
Manisnya gulali dan lollipop tercekat diantara kerongkongan dan menyisakan
pahit yang tak tertahan. Aku masih berharap bahwa kau masih kembali, menanyakan
kapan aku pulang? Menahanku untuk tetap disampingmu. Bahkan, berjanji akan
menyusulku ke negeri perantauan yang menyisahkan banyak kenangan. Ataukah aku
yang harusnya menyusulmu ? menemuimu disana untuk menagih janjimu? Haruskah ?
haruskah aku yang menuju nirvana mu..