Senin, 21 Desember 2015

Senandung Asmaradana



Lagi suka sama lagu "Asmaradana" yang dibawakan oleh Tiara Jacquelina, penyanyi asal Malaysia ini. Yep, lagu ini adalah lagu dari negeri jiran. lagu ini merupakan OST. dari film Puteri Gunung Ledang. Saya tidak begitu mengetahui tentang kisah dari film tersebut. Namun, lagu Asmaradana ini menjadi salah satu my favorit playlist. Entahlah, intsrumennya seperti membangkitkan semangat alam bawah sadarku (*lebay). Selain indah, lagu ini juga asik mengiringi hentakan dan gerakan dari tangan, kaki, dan badan. Asmaradana juga ada loh di Indonesia. Di Indonesia, Asmaradana adalah tembang macapat yang penuh filosofi dan sangat populer. Namun, saya belum begitu mendalami dan mencari informasi tentang tembang macapat tersebut.
Oke, dibawah ini adalah lirik lagu dari Asmaradana yang saya kagumi dan memiliki makna mendalam.
Asmaradana
Cinta adalah suci
Lahir dari jiwa
Menikam sanubari
Hati dalam lara

Cinta mistik abadi
Kekal selamanya
Musim berganti tapi
Wajah tak kan lupa

Mimpi berlari
Kemuncak destinasi murni
Asmaradana, Asmaradana
Kemuncak cinta
Asmaradana, Asmaradana

Cinta suci tak kenal
Harta atau rupa
Mereka jatuh dari
Raja hingga hamba


Biar api membara
Jadi penghalangnya
Ia tetap kagumi
Keagungan cinta
Bersama berdua
Kemuncak syurga di dunia
Adapted by : http://iliriklagu.net/lirik-lagu-asmaradanaost-puteri-gunung-ledang-tiara-jacquelina/

https://www.youtube.com/watch?v=S9nHlrjeKzs

Selasa, 27 Oktober 2015

2 tahun kepergianmu



Ternyata sudah 2 tahun engkau pergi. Tak adakah rasa ingin kembali ? tak adakah rindu yang seperti dulu? Tak adakah lagi mata yang meneduhkan? Tak adakah celoteh kekhawatiran yang teruntai dari bibir mu? Tak adakah lagi nada yang meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja? Tak adakah lagi jemari yang menahanku erat? Tak ada lagi genggaman yang menahanku agar tak pergi? Tak ada lagi kalimat yang menggodaku? Tak adakah lagi kenangan yang kau simpan?
Ternyata sudah 2 tahun.. sedang aku masih tertidur dan enggan terbangun dari mimpi buruk ini. Sedikit bodoh bahwa aku masih percaya , kau sedang menungguku pulang dengan seribu harap. Masih duduk memegang janji yang kauucapkan semanis gulali yang kau berikan padaku.  Gulali dan lollipop ? semanis itu kenangan yang kau beri. Tapi mengapa jika terlintas gulali dan lollipop saat ini, sudah tak semanis dulu? Justru hujan yang menyebabkan air meluap dari kedua bola mata yang dulu kau bilang indah tak tertahankan. Manisnya gulali dan lollipop tercekat diantara kerongkongan dan menyisakan pahit yang tak tertahan. Aku masih berharap bahwa kau masih kembali, menanyakan kapan aku pulang? Menahanku untuk tetap disampingmu. Bahkan, berjanji akan menyusulku ke negeri perantauan yang menyisahkan banyak kenangan. Ataukah aku yang harusnya menyusulmu ? menemuimu disana untuk menagih janjimu? Haruskah ? haruskah aku yang menuju nirvana mu..

Senin, 19 Oktober 2015

Dik, mba rindu..



Teruntuk adikku tersayang yang suka membantah, malas makan, dan gak mau buat orang lain dalam kesulitan. 
Mbak mu ini mohon maaf, maaf karena sedikit pun tidak mengerti kamu. Bodohnya aku tidak menganggapmu. Maafkan mbak mu ini yang tidak tau diri, yang harusnya mengerti bahwa kamu sangat membutuhkan pelukan dan sandaran. Mbak selalu acuh dengan segala omongan mu , bahkan mbak menganggapmu aneh. Maafkan mba atas segala perlakuan dan perkataan mba. Mba ingin sekali dipeluk lagi sama kamu. Mba ingin ditenangin lagi sama kamu. Mba ingin sekali mendengarkan kisah-kisahmu. Pulang dik, semua menunggu mu; semua mengkhawatirkanmu; semua peduli sama kamu. Izinkan kami memperbaiki kesalahan kami, atau sekedar minta maaf kepada mu. Jika kamu sudah tidak dapat kembali. Maka, pergilah dengan damai ketempat yang paling menenangkan.
Dik, mba kangen...

Selasa, 13 Oktober 2015

Hujan di Tanah Tandus



“ Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap pada manusia”. (Ali Bin Abi Thalib)
Kalimat diatas merupakan kutipan yang cukup terkenal dikalangan anak muda. Namun, kalimat diatas mengingatkan sekaligus mengajarkan pada kita bahwasannya janganlah bersandar pada manusia. Janganlah terlalu mengandalkan segalanya pada manusia. Janganlah beraharap bahwa manusia yang paling mengerti diri mu saat ini. Karena suatu saat nanti semua itu akan berakhir dengan perihnya sebuah kekecawaan. Mungkin saja bukan mereka yang salah, bukan mereka yang memberikan janji atau pun kesanggupan akan mengerti dan ada setiap saat hati mulai butuh mentari. Hanya saja mungkin diri sendiri yang terlalu berharap padanya yang memiliki kekurangan, yang sukar menjadi perasa, atau pun sulit diandalkan. atau mungkin diri sendiri yang terlalu berharap bahwasannya pohon akan tumbuh subur tanpa matahari, tanpa diberi tahu mereka akan mengerti.
Kenyataannya yang mengerti hati ini adalah diri sendiri dan Sang Pemilik Hati yang hakiki. Sungguh seluruh beban menjadi ringan bak kapas yang terbang ditiup angin, pabila kita menyerahkan segalanya dan seutuhnya pada Sang Maha Segalanya. Sungguh Maha Besar Allah menciptakan bulir-bulir air jernih yang keluar dari pelupuk mata, yang meringankan gundah dan resah yang bersemayam teduh dihati. Dalam pencarianku yang entah mencari sesuatu yang tak ku ketahui di padang tandus nan menggerus relung hati yang tak bernama, ku temukan Allah yang lebih mengerti dibandingkan dengan sahabat atau keluarga ataupun yang mengaku keluargaku. Dahulu mereka yang berkata dan berjanji akan selalu ada saat mentari mulai mengkhianati dan saat bulan mulai menampakkan kegundahan. Namun, kenyataannya hanya berteman sepi; meringkuk memeluk kaki dan tertunduk menghitung butir-butir air asin yang mengalir deras dari mata di temani bisikan angin yang mengejek. Gesekan sendal diujung jalan seperti sedang membicarakanku, kemana orang-orang yang selalu kau banggakan? Orang-orang yang selalu kau dahulukan? Orang-orang yang katamu selalu memberikan kenyamanan? Ataukah hanya dirimu sendiri  yang merasakan hal itu? Mereka yang tulus akan ada disaat-saat terpuruk mu, jika disaat terpurukmu mereka tak hadir; maka simpulkanlah sendiri. Akankah kau akan tetap bertahan?

Sabtu, 10 Oktober 2015

Fajar, I am in love

 
taken by ma mobile phone, at Mangunan

Malam ini langit tak berbintang, sedang bulan pun enggan datang.. Mungkin bulan enggan muncul karena dirinya resah akan pagi yang akan mengusik mimpi lelap para anak manusia... Bulan resah pabila keelokannya tersaingi oleh mentari  yang perlahan, namun pasti menarik perhatian mata-mata pengagum keindahan langit pagi.. Tak dapat dipungkiri bahwa kemolekan mentari pagi dikala embun masih menggoda mataku terlalu mempesona untuk diacuhkan.. Proses kembalinya ia keperaduan sungguh membuatku ingin menghentikan waktu sejenak, agar dapatku nikmati kedatangannya dengan syahdu..  
Aku adalah seorang pengagum senja. Namun, bukan berarti aku membenci fajar.. Karena aku beranggapan bahwa senja dan fajar adalah kembar tak identik yang diciptakan Tuhan. Sehingga tak ada niatan sedikit pun tuk membenci salah satunya.. Aku adalah penggila keduanya, sungguh damai jika melihat senja dan fajar. Segala urusan dunia terlupakan dan aku merasa seperti Tuhan menyapaku dengan senyum termanis yang tak ada 1 pun kutemukan pada diri manusia.
Foto tersebut adalah kenangan awal pertemuanku dengan fajar.. Sejak awal perjumpaan kami, ia telah menarik perhatianku dengan keramahan dan pesonanya.. Indah dan damai, sungguh jika ada kata yang lebih dari itu aku sangat membutuhkannya.. Darinya aku mengerti akan sebuah rasa syukur dan betapa beruntungnya bahwasannya Allah masih memberikan helaan nafas hingga saat ini.. Fajar mengajarkan aku tentang proses yang tidaklah singkat, karna butuh waktu bagi mentari untuk kembali keperaduannya; bahwa fajar butuh detikkan jarum jam untuk memberikan keindahannya.. Ia memberikan kesempatan pada para pengagumnya untuk tersenyum dan berbahagia sejenak diantara relung-relung luka dan lara yang hidup abadi dalam roda kehidupan melalui keindahannya..
Kerinduan masih saja menggantung diruas-ruas perasaan dan pikiraanku.. masih  terkenang indah fajar yang menyapa kami dengan ramah kala itu, membuatku kecanduan untuk menikmati indahnya fajar.. aku masih belum lelah untuk terus berlari dan mencari kemana fajar menyingsir.. aku masih setia menjadi fans fanatiknya, menjadi pengagum yang takkan beralih ke lain hati..
Terimakasih fajar, telah mengajari aku untuk terus gigih berdiri mengahadapi perih yang tak bertepi.. Tetap berusaha melangkah dan bangkit dari pahit dan getirnya kehidupan yang penuh teka-teki..

Ingatan Lalu




Sejenak terlintas kenangan lalu
yang di hiasi putih abu-abu
Gelak tawa dan canda menderu
Bak sebuah drama yang berlalu
Kesedihan serasa mengendalikan masa itu
Masih ku ingat jelas rasa sakit itu

takkan pernah hilang dari memori
Pria yang dulu ku sayangi
tapi ternyata tak berjdoh dengan hati
Bukan aku tak peduli lagi
Tapi kini kusadar diri
semua yang membuatku berdiri disini
menjadi wanita yang lebih tegar dan mandiri 

terimakasih teruntuk semuanya
akhirnya aku menyadarinya
saat ini aku tak menyesalinya
semoga kita masih dapat berteman seperti sedia kala