Khayalan embun
berada pada satu perahu bersama mu menjadi nyata.. Kau adalah nahkoda baginya..
Menyusuri ujung dunia berdua menjadi cita-cita yang tak terbendung. Meskipun
sedikit tergiur pada perahu yang mewah dan menjajikan di dermaga persinggahan,
tak goyah baginya menginjakkan kaki kembali diperahu mu.. Berlayar kembali
dengan berbekal keyakinan dan kebersamaan.. Menepis segala badai, embun selalu
yakin pada nahkoda bahwasaannya brsama nahkoda disisinya, bahagialah yang ia
gapai. Tak urung, embun semakin memupuk harapan besar untuk tetap tinggal dan menghabiskan
waktunya di perahu kusut dan lusuh bersama nahkoda.. Walaupun kenyataanya tak
beda sang nahkoda menganggap dirinya seperti penumpang lain, yang akan segera
turun di dermaga tujuan..
Embun masih
saja terbang bersama khayalan yang dibangunnya.. Terlelap dalam mimpi bahagia
yang dibuatnya.. Hingga pada suatu waktu, terbangunlah dia.. Menyaksikan
kapalnya nan jauh di pelupuk mata, yang lambat laun mengecil; semakin mengecil
dan hilang ditelan langit dan birunya laut. Sepasang bola matanya mendelik,
sontak menyadari sosok embun lain mendekap nahkoda erat. Tanpa sadar , embun
merasakan hujan menetes diatas pipi tambunnya.. Semakin lebat hujan mengalir,
hingga membasahi selaksa sukmanya.. Terasa sesak, oksigen serasa menghilang.
Begitu sulit baginya untuk membuka mata.. Hingga akhirnya kenangan, harapan,
dan khayalan tentang nahkoda bermain dengan indahnya di ubun-ubun; membuatnya
semakin teriris.. Bahkan perihnya lebih dari diiris sembilu..
Embun masih
meringkuk sambil memeluk lutut dengan ditemani ombak dan angin yang seakan
menertawakannya. Matahari seakan paham rasanya, ia bersembunyi dibalik awan.
Tak tega menatap wajah embun kala itu.. Sementara angin dan ombak semakin riak
bergelut dan menertawakan tawa riang embun yang lenyap.
Seketika semesta senyap
menyaksikan embun mendongakkan kepalanya, disambut gelak tawanya yang tiba-tiba
meledak membangunkan dan membingunkan penghuni jagat raya.. Alam semesta merasa
senang tatkala embun mampu tertawa kembali. Embun kembali menjadi dirinya yang
semula periang. Namu, hanyalah embun yang memahami perasaannya sendirin.
Dibalik tawanya yang menggelegar terselip rasa penyesalan yang mendalam. Pada
akhirnya embun menyadari, bahwa diri sendiri yang menancapkan sembilu
dihatinya..